Rabu, 28 September 2016

Kebenaran Dalam Filsafat



Rasa keingintahuan manusia ternyata tidak berlabuh pada rasa puas akan kebenarannya yang telah dijumpai. Kebenaran-kebenaran yang berdasar pengalaman tampaknya bukan pelabuhan terakhir atas keingintahuan manusia. Rasa ingin tahu ini kemudian menyusup ke kawasan yang paling mendalam yang berada di balik kebenaran yang tampak.

Kebenaran merupakan hakikat dari kebenaran itu sendiri. Dengan menggunakan kemampuan akal secara optimal, manusia terus menjajaki untuk menemukan hakikat segala yang wujud guna mengatasi segala macam masalah yang di hadapi di kehidupan sehari-hari. Menemukan kebenaran yang hakiki tentang Tuhan, alam dan manusia. Awalnya upaya mencari kebenaran ini dilakukan melalui perenungan mengkritisi dan menganalisis secara mendalam. Aktivitas ini kemudian dikenal sebagai pemikiran filsafat.

Dalam sebagian besar dari sejarahnya, filsafat selalu membahas problema sehari-hari atau situasi manusiawi. Pemikiran filsafat memang berawal dari kesadaran manusia terhadap potensi nalarnya. Pemikiran-pemikiran filsafat yang muncul sejalan dengan perkembangan peradaban di kawasan itu menunjukkan adanya saling keterkaitan antara pemikiran filsafat tersebut.

Mencari Kebenaran Dalam Filsafat
Penelitian merupakan bagian dari upaya manusia untuk mememukan apa yang di sebut kebenaran. Sementara kebenaran itu telah ada sebelum manusia itu ada. Ia berada di luar alam manusia. Kebenaran itu sendiri bukan merupakan sesuatu yang statis, melainkan terus berkembang. Dorongan ingin tahu yang ada pada dirinya, selalu mendorong manusia untuk terus mengembangkan pencarian tersebut. Dengan demikian, upaya untuk menemukan kebenaran itu sendiri merupakan aktivitas tanpa henti.

Manusia adalah makhluk multidimensional yang serba unik. Dalam diri manusia terdapat rahasia yang tidak pernah terungkap secara tuntas. Atas dasar semua ini, manusia menyandang beragam predikat. Para pakar dari berbagai disiplin ilmu menyebut manusia dengan beragam nama seperti phitecantropus erectus, homo erectus, dan homo economicus.

Diantara keunikan yang khusus dimiliki manusia adalah kemampuan berfikir dan rasa ingin tahu. Dengan adanya rasa ingin tahu ini manusia terdorong untuk terus bertanya tentang diri dan apa-apa yang ada di sekelilingnya. Rasa ingin tahu mendorong manusia untuk terus berkelana dengan pikirannya, guna menemukan jawaban yang dianggapnya benar. Kebenaran bukanlah sesuatu yang ada dalam kesadaran kita sejak lahir. Kesadaran terhadap kebenaran harus di cari oleh setiap manusia. Manusia yang memiliki tanggung jawab terhadap hidupnya dan hidup orang lain tentu memerlukan kebenaran. Prosesnya cukup panjang dan lama.

Begitu seorang manusia menemukan kesadarannya, dia menuntut dirinya untuk hidup dalam apa yang disebutnya benar. Apa yang disebut benar oleh seseorang adalah apa yang sesuai dengan kesadarannya, yang disetujinya, yang dianggapnya baik, yang dianggapnya punya nilai, yang dapat di jadikan pegangan dalam bertindak. Kebenaran adalah sesuatu yang dikatakan "ya" kepadanya. Sesuatu yang sejalan dengan pemikiran kita. Apapun yang menurut pendapat kita adalah benar.

Selanjutnya, dalam sejarah manusia dikenal sejumlah lembaga yang kita kenal sebagai agama, ilmu, filsafat, dan seni. Lembaga kebenaran filsafat, alatnya adalah nalar, logika manusia yang bersifat spekulatif. Tujuannya adalah mencapai kebenaran yang sifatnya mendasar dan menyeluruh dalam sistem konseptual. Ciri-ciri lembaga kebenaran ini adalah konseptual, logis, universal, mendasar, menyeluruh, "mutlak" dan langgeng. Sejarah lembaga kebenaran dijumpai di berbagai pusat peradaban purba manusia. Penjelasan ini menunjukan bukti, bahwa perjalanan manusia dalam upaya mencari kebenaran itu sudah cukup panjang.

sumber  :
Jalaluddin. 2013. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar