Selasa, 27 September 2016

MENGENAL FILSAFAT ILMU

Dalam sejarah perjalanan ilmu pengetahuan mulai dari klasik hingga kontemporer tercatat banyak temuan ilmuwan yang tidak dapat terjawab secara tuntas karena keterbatasan ilmu pengetahuan, metodologi, dan tentunya keterbatasan manusia itu sendiri. Padahal dalam teknologi modern, otak manusia lebih canggih dibandingkan dengan komputer yang suer canggih sekalipun di dunia, namun hingga sekarang kemampuannya masih terbatas.  

Sintesis dari keterbatasan ini dikemukakan oleh Mohammad Baharun (2012), tidak semua masalah yang dipertanyakan manusia dapat dijawab secara positif oleh ilmu pengetahuan. Oleh karenanya, ilmu itu terbatas; terbatas pada subjek, objek, dan metodologinya sendiri. tidak semua masalah yang tidak atau belum terjawab oleh ilmu, lantas dengan sendirinya dapat dijawab oleh filsafat. Filsafat sifatnya spekulatif dan alternatif tentang suatu jawaban dari masalah asasi yang sama boleh jadi akan akan lahir berbagai jawaban, hal ini dimungkinkan karena manusia bertolak pada latar berpikir masing-masing.

Filsafat membangun keyakinan akan kebeneran. Secara umum, kriteria kebeneran ilmiah ada tiga:
  1. Koherensi yaitu teori kebeneran berdasarkan konsistensi diri pada suatu argumentasi
  2. Korespondensi yaitu teori kebenaran berdasarkan kesesuaian antara materi yang terdapat pada suatu pernyataan dan objek pernyataan, artinya secara teoritis dan empiris
  3. Pragmatis yaitu teori kebenaran berdasarkan pada berfungsi atau tidaknya suatu pernyataan kebenaran dalam lingkup ruang dan waktu.
Van Peursen memberikan tiga tahapan pemikiran dan kebenaran manusia, yakni; 
  1. Mistis, kebenaran atau kenyataan yaitu sesuatu yang tidak perlu ditanyakan 
  2.  Ontologis, tahapan ini manusia dan masyarakat mendapatkan kebenaran melalui riset, logika dan empiris
  3. Fungsional, kebenaran dan kenyataan diletakkan pada fungsi atau relasi kemanfaatannya secara aksiologi
Auguste Comte memberikan pandangan tahap perkembangan pemikiran manusia yaitu mulai dari tahap teologika, logika (rasionalitas), dan positivistik. Pandangan Comte ini mengandalkan rasionalitas dan empiris; sedangkan tahap teologika dianggap pemikiran yang terbelakang. Di atas berbagai pandangan dan keterbatasan berpikir manusia inilah munculnya suatu telaah mendalam tentang pengetahuan yang ditopang oleh filsafat hingga filsafat ilmu, mulai dari filsafat yang berkembang pada zaman klasik atau kuno hingga zaman modern yang telah disentuholeh teknologi informasi yang canggih.


Filsafat yaitu hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya (radic). Dengan kata lain filsafat adalah ilmu yang memperlaari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu. Karakteristik cara berpikir filsafat:
  1. Sifat menyeluruh, maksudnya seorang ilmuwan tidak akan puas hanya dengan satu sudut pandang, serta ingin yakin apakah ilmu ini membawa kebahagiaan dirinya, sehingga tidak menjadikan ilmuwan merasa sombong dan mengaku paling hebat.
  2. Sifat mendasar, maksudnya sifat yang tidak percaya bahwa ilmu itu benar, seperti suatu pertanyaan yang melingkar yang harus dimulai dengan menentukan titik benar.
  3. Spekulatif, maksudnya menyusun sebuah lingkaran dan menentukan titik awal sebuah lingkaran yang sekaligus menjadi titik 

Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Ilmu pengetahuan menjadi objek dalam filsafat ilmu. Oleh sebab itu, setiap ilmu tersebut berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan. Pengetahuan lama menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru. Dalam mencari pengetahuan baru diperlukan kebenaran ilmiah. Kebenaran ilmiah tidak terlepas dari makna dan fungsi itu sendiri, sejauh mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Untuk mendapatkan kebenaran ilmiah tersebut dibutuhkan tahap-tahap metode ilmiah. Filsafat ilmu memiliki metode berpikir tersendiri yaitu ada 4 hal:
  1. Deduksi, maksudnya metode berpikir yang bertolak dari hal-hal yang umum kekhusus
  2. Induksi, maksudnya metode berpikir yang bertolak dari hal-hal yang khusus ke umum
  3. Dialektika, yakni metode mencapai definisi suatu konsep dengan cara mnguji ciri-ciri umum yang ditemukan dalam suatu contoh khusus
  4. Logika, yaitu metode berpikir dengan menggunakan penalaran logis dan sistematis berdasarkan teori dan ketentuan yang berlaku.

Cara mencari kebenaran dapat dipandang sebagai ilmiah manakala dilakukan dengan penelitian. Penelitian dan proses berpikir saling mengisi dalam segi proses maupun tujuannya. Ditinjau dari segi proses, penelitian dan berpikir harus sistematis dan didukung dengan adanya bukti; dan ditinjau dari segi tujuan atau produk, penelitian dan berpikir ditujukan untuk menemukan kebenaran.
Ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam ini sebagaimana adanya (Anthony Preus, 2007). Filsafat dapat diartikan sebagai sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat lebih luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.

Filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis (hakikat atau asal usul), epistimologis (pengetahuan atau logika), maupun aksiologis.





Sumber Pustaka:
  • Latif, Mukhtar. 2014. Orientasi ke Arah Pemahaman Filsafar Ilmu. Jakarta: Prenadamedia Group.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar