Rabu, 12 Oktober 2016

Cara Mempelajari Filsafat



Isi filsafat ialah buah pikiran filosuf . Bagaimana cara mempelajarinya? Ini adalah kata lain bagi bagaimana cara memahaminya. Pertama sekali perlu kiranya diketahui bahwa isi filsafat amat luas. Luasnya itu disebabkan pertama oleh luasnya objek penelitian (objek material) filsafat, yaitu segala yang ada dan mungkin ada. Sebab lain ialah filsafat adalah cabang pengetahuan yang tertua. Dan sebab ketiga adalah pendapat filosof tidak ada yang tidak layak dipelajari, tidak ada filsafat yang ketinggalan zaman. Lalu bagaimana menghadapinya? dari mana memulainya?
Ada tiga macam metode mempelajari filsafat: metode sistematis, metode historis, dan  metode kritis.

1.  Metode Sistematis adalah cara mempelajari filsafat mengenai materi atau masalah-masalah yang dibicakannya. Sistimatis di sini artinya adanya susunan dan urutan (hierarki), juga kaitan suatu masalah dengan materi atau masalah lain yang terdapat dalam filsafat. Lantas, apa yang dimaksud dengan materi atau permasalahan dalam filsafat dan bagaimana susunan dan hubungan satu masalah dengan masalah lain terjadi? Tiga masalah pokok dalam dalam filsafat yang melahirkan jenis-jenis filsafat, disebut juga dengan problematika filsafat. Ketiga masalah tersebut antara lain. Pertama, masalah mengenal dan mengetahui (cognitio)  atau teori pengetahuan. kedua, masalah segala sesuatu (metafisika), yaitu metafisika umum (ontologi), dan metafisika khusus atau belajar tentang teori hakekat. Ketiga, masalah penilaian, nilai, dan aksiologi. Pembagian besar ini dibagi lebih khusus dalam sistematika filsafat. Tatkala membahas setiap cabang atau subcabang itu, aliran-aliran akan terbahas. Dengan belajar filsafat melalui metode ini perhatian kita terpusat pada isi filsafat, bukan pada tokoh ataupun periode. (Ahmad Tafsir, 2005:20)
   
   Sebenarnya, sistematika filsafat ini sudah ada sejak masa Yunani Kuno yang terkenal adalah sistematika Aristoteles. Sistimatika ini dianggap sebagai sistematika pertama dalam filsafat, meskipun sebelumnya, guru Aristoteles, Plato telah mengemukakan tiga cabang filsafat, yaitu dialektika yang mempersoalkan gagasan atau pengertian umum, fisika yang mempersoalkan dunia materi, dan etika yang mempersoalkan baik serta buruk. Menurut Aristetoles, pembagian atau klasifikasi filsafat adalah logika yang dianggap sebagai pendahulu filsafat. Adapun klasifikasi filsafatnya, yaitu filsafat teoritis membicarakan fisika, matematika, dan metafisika; filsafat fisika praktis membicarakan etika, ekonomi, dan politik; serta filsafat poetika(kesenian) (Sutardjo, 2007:16)

2.  Metode Historis adalah cara mempelajari filsafat berdasarkan urutan waktu, perkembangan pemikiran filsafat yang telah terjadi, sejak kelahirannya sampai saat ini, sepanjang dapat dicatat dan memenuhi syarat-syarat pencatatan serta penulisan sejarah. (Sutardjo, 2007:16). Pendekatan ini dapat dilakukan dengan membicarakan tokoh demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah, misalnya dimulai darai membicarakan filsafat Thales, membicarakan riwayat hidupnya, pokok ajarannya, baik dalam teori pengetahuan, teori hakekat, maupun dalam teori nilai. Lantas dilanjutkan dengan membicarakan Anaximandros, misalnya, lalu Socrates, lalu Rousseau, lantas kant, dan seterusnya sampai tokoh-tokoh kontemporer. Tokoh dikenalkan, kemudian ajarannya. Mengenalkan tokoh memang perlu karena ajarannya biasanya berkaitan erat dengan lingkungan, pendidikan, kepentingannya. Dalam menggunakan metode historis dapat pula ditempuh cara lain, yaitu dengan cara membagi babakan sejarah filsafat. Misalnya mula-mula dipelajari filsafat kuno (ancient philosophy). Ini biasanya sejak Thales sampai menjelang Plotinus, dibicarakan tokoh-tokohnya, ajaran masing-masing, ciri umum filsafat periode itu. Kemudian para pelajar menghadapi filsafat Abad Pertengahan (middle philosophy), lalu filsafat abad modern (modern philosophy). Variasi cara mempelajari filsafat dengan metode historis cukup banyak. Yang pokok, mempelajari filsafat dengan menggunakan metode historis berarti mempelajari filsafat secara kronologis. Untuk pelajar pemula metode ini baik digunakan. (Ahmad Tafisr, 2005:20)

3.  Metode kritis digunakan oleh mereka yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Pelajar haruslah sedikit banyak telah memiliki pengetahuan filsafat. pelajaran filsafat pada tingkat sekolah pascasarjana sebaiknya menggunakan metode ini. Di sini pengajaran filsafat dapat mengambil pendekatan sistematika ataupun historis. Langkah pertama ialah memahami isi ajaran, kemudian pelajar mencoba mengajukan kritiknya. Kritik itu mungkin dalam bentuk menentang, dapat juga berupa dukungan terhadap ajaran filsafat yang sedang dipelajari. Ia mengkritik mungkin dengan menggunakan pendapatnya sendiri ataupun dengan menggunakan pendapat filosofis lain. (Ahmad Tafisr, 2005:21)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar