Selasa, 25 Oktober 2016

Kekerasan Kata-Kata (Verbal Abuse) Terhadap Anak



Verbal abuse atau biasa disebut emotional child abuse adalah tindakan lisan atau perilaku yang menimbulkan konsekuensi emosional yang merugikan. Verbal abuse terjadi ketika orang tua menyuruh anak untuk diam atau jangan menangis. Jika anak mulai bicara, ibu terus menerus menggunakan kekerasan verbal seperti “kamu bodoh”. “kamu cerewet”, “kamu kurang ajar”. Anak akan mengingat semua kekerasan verbal jika hal  itu berlangsung dalam satu periode.
Bentuk dari verbal abuse adalah sebagai berikut:
1.         Tidak sayang dan dingin
Tindakan tidak sayang dan dingin ini berupa misalnya : menunjukan sedikit atau tidak sama sekali rasa sayang kepada anak (seperti pelukan), kata-kata sayang.
2.         Intimidasi
Tindakan intimidasi bisa berupa : berteriak, menjerit, mengancam anak, dan mengertak anak.
3.         Mengecilkan atau mempermalukan anak
Tindakan mengecilkan atau mempermalukan anak dapat berupa seperti : merendahkan anak, mencela nama, membuat perbedaan negatif antar anak, menyatakan bahwa anak tidak baik, tidak berharga, jelek atau sesuatu yang didapat dari kesalahan.
4.         Kebiasaan mencela anak
Tindakan mencela anak bisa dicontohkan seperti : mengatakan bahwa semua yang terjadi adalah kesalahan anak.
5.         Mengindahkan atau menolak anak
Tindakan tidak mengindahkan atau menolak anak bisa berupa : tidak memperhatikan anak, memberi respon dingin, tidak peduli dengan anak.
6.         Hukuman ekstrim
Tindakan hukuman ekstrim bisa berupa: mengurung anak dalam kamar mandi, mengurung dalam kamar gelap. Mengikat anak di kursi untuk waktu lama dan meneror.

Kekerasan yang dialami oleh anak dapat berdampak pada fisik maupun psikologis. Verbal abuse biasanya tidak berdampak secara fisik kepada anak, tetapi dapat merusak psikis anak beberapa tahun kedepan. Verbal abuse yang dilakukan orang tua menimbulkan luka lebih dalam pada kehidupan dan perasaan anak melebihi perkosaan (Soetjiningsih, 2002).

Katakan pada anak apa yang harus dilakukan, daripada mengatakan apa yang tidak boleh dilakukan.  Hindari kata “jangan” pada anak, karena kata “jangan” merupakan kata yang menyatakan larangan/ melarang/tidak boleh/hendaknya tidak usah. Namun bagi anak-anak kata “jangan” sangatlah tajam, karena kata-kata tersebut lebih mengarah pada kecaman daripada larangan. Kata “jangan” biasanya disertai dengan kata-kata lain seperti “jangan nakal!”, “jangan nangis!”, “jangan lari!”.

Daya tangkap anak-anak terhadap perkataan yang diucapkan orang dewasa sangatlah rendah apalagi jika diucapkan dengan nada cepat, maka kebanyakan ana-anak hanya menangkap kata terakhir kalimat perintah/larangan yang diucapkan. Akhirnya anak akan melakukan apa yang dilarang.

Karso, dkk. (ed), 1982 (Syamsu Yusuf. 2006)Jika orangtua tidak mengakui harga diri sang anak, seperti memperlakukan anak secara keras atau kurang mengasihi, maka anak akan bersifat: a) keras kepala/ menentang atau b) menyerah menjadi penurut yang liputi rasa harga diri yang kurang dengan sifat pemalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar