Jumat, 28 Oktober 2016

Manusia Kosmopolis



Di dunia ini banyak sekali konflik yang disebabkan karena kelekatan kita pada identitas sosial kita. Kita merasa menjadi bagian dari suatu kelompok tertentu, entah ras, etnis, bangsa, negara ataupun agama. Lalu, kita beranggapan, bahwa kelompok kita memiliki kebenaran tertinggi. Kelompok lain adalah kelompok sesat. Kesalahan berpikir ini telah mengantarkan manusia pada konflik berdarah, pembunuhan massal, pembersihan etnis sampai dengan genosida. Ratusan juta orang terkapar berdarah sepanjang sejarah, akibat kesalahan berpikir semacam ini. Bagaimana supaya kesalahan berpikir mendasar tentang dunia ini bisa diperbaiki? Reza A.A Wattimena menawarkan ide tentang manusia kosmopolis.

Manusia Kosmopolis
Manusia kosmopolis adalah manusia yang melihat dirinya sendiri sebagai warga negara dunia. Ia tidak melekat pada identitas sosial tertentu, melainkan melihat dirinya sebagai salah satu mahluk hidup di alam semesta ini. Ia hidup dengan nilai-nilai universal yang menghormati tidak hanya manusia lain, tetapi juga semua mahluk hidup. Bisa juga dibilang, bahwa manusia kosmopolis adalah mahluk semesta.

Unsur-unsur Sejati Pendidikan
Pendidikan manusia kosmopolis adalah pendidikan yang berakar pada unsur-unsur sejati pendidikan itu sendiri. Ada tiga unsur sejati pendidikan, yakni pemanusiaan, pembudayaan dan pembebasan. 

  • Pemanusiaan berarti penanaman nilai-nilai beradab manusia melalui kurikulum, interaksi dan pedagogi pendidikan yang ada.
  • Pembudayaan yakni penanaman nilai beradab di dalam hidup, beserta dengan cita rasa seni, serta penghargaan pada karya-karya berharga dunia. Dalam arti ini, budaya dipahami sebagai bentuk-bentuk kehidupan yang berpijak pada nilai-nilai universal peradaban, seperti kehidupan, kebebasan, dan solidaritas. 
  • Pembebasan berarti pelepasan manusia dari segala bentuk kemiskinan dan kebodohan. Dalam arti ini, kemiskinan tidak hanya berarti kemiskinan ekonomis, tetapi terlebih kemiskinan sudut pandang di dalam melihat dunia.

Pendidikan yang sejati berarti pendidikan yang memanusiakan, membudayakan dan membebaskan. Ia tidak mengubah orang menjadi robot-robot yang tunduk patuh pada tradisi ataupun kebiasaan lama yang tak pernah dipertanyakan sebelumnya.
 
Nilai “Asli” Indonesia
Banyak wacana yang menekankan pentingnya menggali kembali nilai-nilai asli Indonesia sebagai dasar pendidikan. Namun, wacana ini, pada hemat saya, mengandung kesalahan berpikir mendasar. Tidak ada yang “asli” di muka bumi ini. Semua merupakan percampuran dari berbagai hal.
Di dalam filsafat Timur, ini dinyatakan dengan pandangan sederhana, bahwa semua merupakan bagian dari semua. Seluruh alam semesta ini merupakan satu kesatuan yang saling bertaut erat, dan tak terpisahkan. Indonesia pun juga selalu merupakan sebuah campuran yang terus berubah. Tidaklah mungkin untuk menunjuk, bahwa “inilah” yang merupakan Indonesia yang asli.
Dengan demikian, keaslian adalah ilusi. Terlebih, keaslian adalah ideologi, yakni kesadaran palsu (falsches Bewusstsein) tentang dunia, yang sering digunakan untuk membenarkan penindasan atas orang ataupun kelompok tertentu, yang dianggap tidak asli.

Yang Alami
Manusia kosmopolis hidup dengan kesadaran atas apa yang alami semacam ini. Ia memegang nilai-nilai kehidupan universal, sambil terus peka pada perubahan yang terjadi di sekitarnya. Di dalam wacana pendidikan karakter, ia disebut juga sebagai well rounded person, yakni orang yang berkembang hidup dan kepribadiannya secara menyeluruh. Inilah manusia masa depan, dan pendidikan kita harus mengarah ke sana.

SUMBER:
https://rumahfilsafat.com/2016/11/09/manusia-kosmopolis/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar