Selasa, 27 Desember 2016

Belief In Every Way Of Life



Disamping berdimensi berfikir maka manusia itu berdimensi percaya. Percaya adalah sikap dan sifat, membenarkan sesuatu, atau menganggap sesuatu sebagai benar. Kepastian adalah sikap mental atas dasar keyakinan bahwa ada kebenaran, tetapi kebenaran yang diselidiki sendiri. Adapula kemungkinan bahwa orang memunyai keyakinan akan kebenaran bukan karena penyelidikkan sendiri, melainkan atas pemberitahuan pihak lain. Ahli ilmu falak mengatakan misalnya bahwa pada tanggal tertentu akan ada gerhana bulan. Penulis yakin bahwa pemberitahuan itu benar, jadi setelah  diberitahu itu, penulis tahu akan sesuatu kebenaran. Pengetahuan yang tercapai itu disebut kepercayaan. Kepastian terdapat karena percaya ini tidak perlu kurang pastinya dari kepastian yang diperoleh sendiri. Jadi, kepercayaan itu adalah anggapan atau sikap mental bahwa sesuatu itu benar. Arti lain dari kepercayaan adalah sesuatu yang diakui sebagai benar. Kita tidak bisa membayangkan manusia dapat hidup tanpa kepercayaan apapun baik dalam arti yang pertama maupun dalam arti yang kedua.

Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu benar atau keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran. Jika keyakinan tidak ada keraguan yang akan muncul dan kesalahan akan sering kali menghalangi. Keyakinan sangat penting dalam kehidupan seperti keyakinan dalam memeluk agama. Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat seseorang menganggap suatu premisi benar. Kita yakin dalam satu hal maka kepercayaan akan muncul. Keyakinan sangan berdampingan dalam hidup. Contoh, pada saat kesulitan menghampiri maka sangat di perlukan sikap keyakinan agar kesulitan yang di alami dapat di lewatkan. Kenyakinan  sangat vital dalam hidup. Tidak  ada salahnya kita gunakan keyakinan kita dengan penuh percaya, mudah-mudahan bisa membantu dalam hidup.
Macam-macam Kepercayaan
a.  Kepercayaan dalam kehidupan sehari-hari
Kita lihat dalam kehidupan sehari-hari yang kita akui sebagai ibu kandung kita, sesungguhnya kita terima semata-mata atas dasar kepercayaan karena kita tidak merasa perlu membuktikannya. Kita dapat makan sebagai hal yang dapat kita lakukan sehari-hari, apabila kita senantiasa dikuasai kesangsian atau ketidakpercayaan atas setiap makanan yang kita makan itu. Dihubungkan dengan contoh lain, kita tidak akan pernah naik kendaraan bermotor yang dikemudikan orang lain bila kita tidak memunyai kepercayaan atas kendaraan (mobil, kereta api, kapal laut, pesawat terbang, dan sebagainya) yang kita tumpangi dan bila kita memunyai kepercayaan kepada pengemudinya tanpa kita terlebih dahulu mempelajari dan menyelidiki secara ilmiah segala seluk beluk mesin kendaraan. Tanpa kita terlebih dahulu mengetes dan mengecek kemampuan dan kemahiran pengemudi secara seksama. Walaupun yang kita percayai pada mulanya dengan begitu saja itu mungkin saja kemudian dapat diperkuat dengan bukti-bukti hasil penyelidikan rasional, namun itu masalah kemudian bukan masalah permulaan.

b.  Kepercayaan dalam ilmu pengetahuan
Amidjaja, Rektor ITB pernah mengemukakan bahwa dalam ilmu pengetahuan yang dilandasi dengan kesangsian, namun masalah kepercayaan tidak dapat dikesampingkan. Para pemula dalam disiplin ilmu pengetahuan tertentu pertama-tama menerima saja terlebih dahulu suatu dalil atau aksioma atas dasar kepercayaan. Walaupun dalam perkembangan kemudia melalui proses analisa dan penelitian rasional akhirnya sampai juga pada dalil aksioma yang pada mulanya diterima begitu saja atas dasar kepercayaan itu. Ilmu pengetahuan dalam mengemukakan pendapat bersandar pada ponstulat-ponstulat tertentu atau kebenaran-kebenaran yang sudah diterima dengan begitu sebelum secara mutlak yang diterima begitu saja atas dasar kepercayaan semat-mata. Sekali lagi kita tegaskan bahwa dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan sekalipun yang konon diawali dengan keraguan dan kesangsian itu sendiri.
c.   Kepercayaan dalam filsafat
Seseorang yang terkemukan dari penyangsi modern ialah Descartes (1596-1650) seorang ilmu pasti yang paling ulung pada zamannya yang juga peletak dasar rasionalisme yang sebenarnya di Eropa. menurut aliran rasionalime akal manusia itu memang cukup kuat untuk memecahkan segala soal, cukup kuat untuk mencapai kebenaran yang terakhir setidak-tidaknya cukup kuat untuk mengejarnya atas dasar akal sendiri. Penuh keyakinan aliran rasionalisme percaya dengan maksud percaya adalah esa, akan hal manusia sebagai kunci yang membuka segala rahasia. Hanyalah dapat ditanyakan keyakinan itu berdasarkan atas apa? Pada pikiran hemat kami tidak dapat dihindarkan, keterangan bahwa penelitian akal manusia sebagai dasar atas pangkal filsafat dan ilmu pengetahuan adalah suatu pemilihan yang ada pada tidak akal sifatnya. Rasionalisme memilih akal itu karena kepercayaan terhadap akal. Dalam kepercayan itu tidak dicapai dengan jalan pikiran yang akali melainkan kepercayaan itulah tidak lain daripada keyakinan. Atas dasar rasionalisme memilih akal manusia sebagai titik berangkat atau akal pikiran. Tiap-tiap filosof membutuhkan suatu pangkal pikiran atau titik berangkat. Ada yang memilih akal sebagai titik berangkat, ada yang memilih arus hidup ada yang memilih eksistensi. Pemilihan itu tergantung daripada keyakinan ahli pikir sendiri. Jadi dalam filsafat sekalipun yang katanya mencari keberanaran secara radikal, integral, universal itu, terbukti bahwa ada unsur atau faktor kepercayaan tersebut menjadi pangkal tolaknya sendiri.

d.  Kepercayaan dalam agama
Manusia memerlukan suatu bentuk kepercayan. Hal itu akan mengahadirkan nilai-nilai guna untuk menopang hidupnya. Sikap kepercayaan atau ragu yang sempurna tidak mungkin dapat terjadi, tetapi selain kepercayaan itu dapat dianut sesuai dengan kebutuhan demikian pula cara kepercayaanpun harus benar pula. Menganut kepercayaan yang salah bukan saja dikehendaki, tetapi bahkan berbahaya. Disebabkan kepercayaan itu diperlukan maka dalam kenyataannya kita temui bentuk-bentuk kepercayaan iu berbeda satu dengan yang lainnya. Faktor kepercayaan ini mutlak dalam agama. Dalam agama, kepercayaan merupakan suatu unsur yang amat penting  dan dalam hal ini amat masuk akal alaannya kebenaran yang dipercayai oleh kaum yang beragama ini diyakini sebab diberitahukan oleh yang tak dapat berdusta (Tuhan sendiri) atau paling sedikit seorang yang menerima tugas memberitahukan kebenaran ini kepada umat manusia, ia patut dipercaya. Percaya ialah menerima kebenaran demi kewibawaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar